PERNYATAAN MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS: SEBUAH TAFSIRAN
FILSAFAT BAHASA
Oleh
SRI SUJATI
Mario
Teguh sebagai motivator mungkin yang paling fenomenal saat ini. Selain
acaranya, juga facebook dan twitternya banyak yang menyambanginya. Maka tidak
salah kalau MURI memberikan penghargaan sebagai motivator paling fenomenal. Apa
kekuatan acara Golden ways sehingga diserbu banyak kalangan? Ternyata kekuatan Mario Teguh ada pada
mengolah kata-kata. Pilihan katanya yang bernas, indah, dan dalam maknanya.
Kalimat-kalimat yang mengandung perenungan mendalam. Ia sering
menjungkirbalikkan logika, tetapi sangat logis jika dicerna. Kalimat-kalimatnya
mengajak kita untuk memuliakan diri sendiri, orang lain, dan kehidupan.
Kata-katanya bagai emas berkilauan yang mengalahkan kilau permata dan intan
berlian manapun. Ia telah menyelami kehidupan ini sampai pada kedalaman yang
orang lain tidak menjangkau.
Kata Kunci: Kalimat, makna kata,
maksud kalimat, perenungan, bijak
PENDAHULUAN
Acara Golden Ways di Metro Tv adalah salah satu acara yang mendapat
rating tinggi. Belum lagi peserta yang ingin hadir di studio langsung harus
mengantri. Apa yang menarik dari acara ini? Apakah pembawa acara (host)
acaranya? Apakah isi motivasinya? Pertanyaan-pertanyaan itu berjejalan di otak
saya ketika mendapat informasi tentang acara yang fenomenal ini. Kemudian
beberapa kali saya menonton acara ini. Betul-betul luar biasa acara ini. Saya
ketagihan untuk menunggu tayangannya.
Ternyata ada kekuatan maha dahsyat dari kalimat-kalimat Mario
Teguh. Saya sering dibuat terpukau dan tertegun dengan kalimat-kalimatnya.
Beberapa kalimat saya tuliskan di buku kerja saya, supaya saya bijaksana dalam
bersikap. Dan saya merasa mempunyai pengingat setiap saya berbuat dan bersikap
tidak bijak. Alangkah dahsyat, seperti cetar membahana badai kata Syahrini.
Itulah yang menjadikan saya tertarik untuk menelaah kalimat-kalimat Mario Teguh
LANDASAN TEORETIK
Filsafat
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Ia diberi kelebihan oleh
Tuhan dengan akal dan budi. Oleh karena itu, manusia selalu berpikir tentang
lingkungannya, dirinya, hubungan dengan manusia lain, bahkan tentang Tuhan. Ketika
sedang berpikir, merenung-renung tentang dirinya dan kehidupan ini untuk
mencari hakikat/kebenaran yang hakiki itulah ia sedang berfilsafat.
Dari sudut
etimologisnya kata filsafat berasal bahasa Yunani yaitu Philien yang artinya
mencintai dan Sophia yang artinya kebijaksanaan. Jika digabungkan, filsafat
artinya mencintai kebijaksanaan.
Dalam Encyclopedia
America volume 21 (dalam Lubis) dikemukakan bahwa “Philosophy can be defined as
rational critical thinking of a more or less systematic kind, about the conduct
of life, the general nature of the world, and the justification of belief”.
Filsafat merupakan
pemikiran kritis yang sistematis dan meliputi kajian mengenai perilaku manusia
dalam kehidupan dan semesta alam. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah suatu refleksi dari akal budi mengenai esensi manusia dan alam
semesta untuk mencari kebenaran hakiki.
Namun perlu
dibatasi bahwa kebenaran hakiki yang ditawarkan filsafat bukan kebenaran yang
hakiki. Pergeseran nilai kebenaran dapat terjadi sesuai dengan perkembangan zaman
dan kebudayaan yang dikelola manusia. Kebenaran hakiki hanya milik Tuhan.
Kebenaran hakiki berupa risalah dari Tuhan melalui rasulNya.
Filsafat Bahasa
Secara umum orang
akan berasumsi bahwa filsafat bahasa memuat pengertian penggabungan dua kata
yaitu filsafat dan bahasa atau bersifat melalui bahasa. Asumsi tersebut tidak
dapat dipersalahkan, meskipun esensinya tidak seperti itu.
Filsafat bahasa
adalah bidang filsafat khusus yang dulu disebut filsafat analitik, yang
menganalisis penggunaan bahasa sebagai sarana verbal untuk mengungkapkan
kebenaran atau kejaksanaan. Filsafat bahasa lebih berkenaan dengan bagaimana
suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisis filsafati tidak
lagi dimengerti berdasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun
logika matematika, tetapi berfilsafat berdasarkan penggunaan bahasa (Wicoyo
dalam Lubis).
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan
Wicoyo, Kaelan mengungkapkan bahwa
filsafat bahasa adalah pemecahan masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat
melalui analisis bahasa karena bahasa merupakan saran yang vital dalam
filsafat.
Dengan kata lain,
filsafat bahasa adalah analisis nuansa filsafat melalui medium bahasa. Melalui
medium bahasa, kebermaknaan unsur filsafat akan lebih jelas dan mudah dipahami.
Bahasa
Linguis dan ahli
psikologi telah mencoba selama berabad-abad untuk mendefinisikan bahasa. Oleh
sebab itu, sebuah definisi mencerminkan teori dan bidang kajian yang
melatarbelakangi.
Berikut ini akan
dikutip beberapa definisi Bahasa.
1.
Bahasa
merupakan suatu sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh manusia yang bersifat
arbitrer yang digunakan oleh masyarakat tertentu untuk komunikasi.
2.
Bahasa
adalah ketrampilan khusus atau kompleks yang berkembang pada manusia secara
spontan, tanpa ada upaya sadar atau formal, disebarkan tanpa kesadaran logika
yang mendasari, yang secara kualitatif sama pada setiap orang untuk memproses
informasi atau berperilaku secara cerdas.
3.
Bahasa
adalah sarana untuk menyampaikan pikiran dan perasaan manusia, alat penyampai
rasa santun, alat penyampai rasa solidaritas, alat penyampai rasa keakraban dan
hormat, sebagai alat pengenalan diri, sebagai cermin peradaban bangsa
(Poedjosoedarmo 2001: 170).
Setiap orang mempunyai dan menggunakan bahasa. Berbahasa merupakan
kegiatan rutin manusia yang alamiah. Dengan bahasa manusia membedakan dirinya
dengan makhluk lain yang ada di jagad raya ini. Sebagai alat komunikasi dan interaksi
yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal.
Kajian secara internal artinya pengkajian terhadap struktur intern bahasa itu
sendiri. Sebaliknya, kajian eksternal adalah kajian bahasa dikaitkan dengan
hal-hal di luar bahasa. Kajian eksternal melibatkan beberapa disiplin ilmu.
Kalimat
Kalimat adalah kalimat satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan
atau tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh. Kalimat terdiri atas topik yang
menjadi pokok pembicaraan dan komen yang menjelaskan topik tersebut. Topik
berupa subjek dan komen berupa predikat.
Contoh: Remaja sekarang sangat senang dengan
kata galau.
Topik kalimat di atas adalah remaja sekarang, sedangkan komen
adalah sangat senang dengan kata galau.
Selain secara
struktur, kalimat akan berterima jika mengikuti logika dan sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Berikut ini contoh kalimat tidak berterima.
1.
Pengemis
itu sangat bangga dengan kemiskinannya.
2.
Anda
akan mendapat keuntungan yang berlipat jika ikut judi berhadiah.
Kalimat (1) tidak berterima karena tidak logis, dan kalimat (2)
tidak berterima karena menyalahi sistem nilai.
PEMBAHASAN
Sebelum saya membahas kalimat-kalimat Mario Teguh dalam Golden Ways,
alangkah baiknya kita mengenal sosok Mario Teguh terlebih dahulu. Pengenalan
ini paling tidak dapat membantu kita dalam memahami kalimat-kalimatnya.
Nama aslinya
adalah Sis Maryono Teguh, tetapi saat tampil di depan publik, ia
menggunakan nama Mario Teguh. Mario Teguh lahir di Makassar, 5 Maret 1956. Ia meraih
gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness
Effectiveness Consultant, Exnal Corp, menjabat sebagai CEO (Chief Executive
Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunnitas Mario Teguh
Super Club (MTSC).
Mario Teguh adalah
seorang muslim yang menjadi motivator dan konsultan bisnis dan kepribadian. Ia
adalah motivator Indonesia yang paling mahal dan telah mendapat penghargaan
dari Meseum Rekor Indonesia (MURI) sebagai motivator yang paling banyak
follower/pengikutnya di facebook.
Sebelumnya
Beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel. Kemudian namanya
semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh
Golden Ways di Metro TV.
Adalah
kalimat-kalimatnya yang memukau itu menjadikan acaranya diburu banyak kalangan.
Yang hadir dalam acaranya berasal dari berbagai kalangan baik tua maupun muda.
Yang hadir dan yang menonton ingin mendapat pencerahan dari kebijaksanaan
kata-katanya yang dalam, sedalam samudera. Magnet lainnya adalah penyampaiannya
yang lembut, pelan, tetapi kata-katanya bernas dapat menusuk ke sanubari.
Selain itu, Mario Teguh memang mengagumkan karena
logikanya yang luar biasa.
Saya akan membahas kekuatan kalimat-kalimat Mario Teguh dalam acara
Golden Ways yang acak.
1.
Hanya orang takut yang bisa berani, karena
keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Bila Anda merasa takut, Anda akan punya
kesempatan untuk bersikap berani.
Pernyataan di atas terdiri atas dua
hal, yaitu takut dan berani. Mario Teguh mengontraskan dan memadukan dua hal
yang berbeda. Secara semantik makna kata takut berbeda dengan makna kata
berani, justu keduanya beroposisi atau kebalikannya. Namun, kalau direnungkan
memang benar bahwa keberanian itu akan muncul setelah takut. Ketakutanlah yang
menjadi kekuatan untuk berani. Dari sudut filsafat, ada orang takut itu karena
ada orang berani, dan ada orang berani karena yang lain takut. Intinya, sesuatu itu memberi keberadaan bagi
yang lain
2. Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan
adalah orang muda yang tidak pernah menua. Namun, pemuda yang berorientasi pada
keamanan telah menua sejak muda.
Pernyataan di atas mengandung makna
bahwa tua muda tidak selalu dikaitkan dengan fisiologi, tetapi berkaitan dengan
pola pikir. Misalnya seorang sarjana yang ingin menjadi PNS, berarti ia ingin
aman. PNS dianggap profesi paling aman secara finansial. Oleh Mario Teguh
dikatakan sarjana tadi telah menua sebelum waktunya. Dan sebaliknya misalnya
orang yang tua yang senang dengan tantangan atau kesempatan mencoba bisnis
baru, ia dapat dikatakan tidak pernah menua dari sisi ide/gagasan. Karena dunia
bisnis penuh dengan kompetisi. Siapa yang kreatif, maka ia akan selalu hidup
(di dunia bisnis). Filsafat bahasa memberikan makna menua itu berbeda dengan
tua. Tua itu keadaan, sedangkan menua itu proses tua. Bagi orang muda proses
tua itu lebih mengerikan dan dahsyat, sedangkan bagi orang tua proses tua tidak
diinginkan sama sekali. Luar biasa sekali Mario Teguh menggunakan kata menua.
3. Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila Anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara lama Anda. Anda akan disebut baru, hanya bila cara-cara anda baru.
Kalimat di atas dapat disimpulkan
bahwa pembaruan adalah aktivitas dengan meninggalkan cara-cara lama. Kalimat
ini mengkritisi orang-orang yang suka menyebut diri agen pembaharuan, tetapi
mereka masih menggunakan cara lama. Anda pun perlu merenungi kalimat ini kalau
ingin menjadi pribadi baru. Memang tidak mudah meninggalkan cara lama apalagi
sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, frasa berkeras untuk mempertahankan
digunakan Mario Teguh untuk menekankan logika bahwa cara lama telah menjadi
kebiasaan. Dan mengapa Mario tidak
menggunakan anak kalimat bila Anda
tidak meninggalkan cara-cara lama Anda. Karena untuk menjadi pribadi baru,
dibutuhkan kemauan tinggi dengan melawan arus. Memang tidak mudah menjadi pribadi baru.
4. Bila Anda belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat Anda, bakatilah apapun pekerjaan Anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang yang berbakat.
4. Bila Anda belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat Anda, bakatilah apapun pekerjaan Anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang yang berbakat.
Ada kata yang menarik dari kalimat
di atas, yaitu kata bakatilah. Kata ini digunakan untuk menyesuaikan kata bakat
pada anak kalimat. Mario Teguh sangat cerdas dalam mengutak-atik kata. Proses
pembentukan kata bakati mungkin beranalogi dengan proses pembentukan kata kenal
mendapat akhiran –i menjadi kenali. Makna imbuhan –i adalah
kausatif, ‘menyebabkan jadi’. Sebenarnya Mario Teguh ingin mengatakan
tekuni pekerjaan Anda seperti orang berbakat.
5.Orang-orang yang minta gaji lebih biasanya
tidak dapat lebih, tapi yang melakukan lebih dan berkualitas akan mendapat
lebih.
Penggunaan kata lebih yang berulang-ulang
secara paralel menyebabkan kalimat harmoni didengar dan indah. Retorika
paralelisme bukan sekadar tebar pesona kata-kata. Namun, Mario Teguh mempunyai
maksud bahwa kata lebih itu yang ingin ditonjolkannya.
Mario
Teguh memang mempunyai kecerdasan verbal yang bagus. Pilihan katanya bernas,
disusun dengan indah. Kalimatnya juga mudah dicerna. Ia sangat piawai memberi
motivasi. Dan bersamanya sepertinya hidup ini mudah. Apakah benar hidup ini
mudah? Berikut ini pernyataannya:
Ada yang mengatakan hidup itu
tak semudah omongan saya. Saya setuju. Maka dari itu saya tidak pernah
mengatakan bahwa hidup itu mudah. Sebab kalau benar hidup itu mudah, kita tidak
perlu berada di ruangan ini untuk bersama-sama mempelajari kehidupan.
PENUTUP
Kalimat-kalimat
Mario Teguh sebenarnya sederhana, dengan menyatakan sesuatu yang berlawanan,
misal takut dan berani, tua dan muda, baru dan lama, berbakat dan tidak
berbakat, serta lebih dan tidak lebih, tetapi makna dari yang berlawanan itu
sangat dalam. Itu artinya
bahwa sesuatu yang dianggap lemah justru
akan menjadi kekuatan bagi yang lain atau yang berlawanan itu.
Mario Teguh
juga mengajak kepada kita merenungi apa yang kita pikirkan, apa yang kita
rasakan, dan apa yang sudah kita lakukan. Kalimat-kalimat yang penuh makna
perenungan menjadikan kita bijak berpikir, bijak merasakan, dan bijak berbuat
untuk kemuliaan hidup dan kehidupan.
Maka tak salah jika acaranya disebut Golden Ways.
Kata-kata yang bijak yang berkilauan bagai emas bagai logam mulia yang mahal.
Harga yang ditebus sangat mahal untuk sebuah kalimat. Karena Mario teguh adalah
motivator paling mahal